Arah Pengembangan Kawasan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa menggunakan model pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu (Integrated Development), dengan wisata berbasis budaya (cultural-based development). Konsep ini menawarkan keseluruhan suasana kawasaan yang asli, baik alam dan panoramanya, maupun kehidupan sosial budaya masyarakatnya. a.Secara fisik pengembangan kawasan wisata dengan pola keruangan yang tertata, terintegrasi atau berdampingan dengan komunitas lokal. b.Pengembangan yang terintegrasi memberikan peluang keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan usaha dan jasa kepariwisataan, serta kemitraan dengan pelaku usaha skala besar baik secara langsung maupun tidak langsung. c.Pengembangan infrastruktur dapat memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada sehingga tidak menuntut investasi baru yang terlalu besar. d.Pengembangan kawasan terpadu memungkinkan pola yang tanggap dan menyesuaikan norma-norma dan batasan dalam komunitas setempat. e.Memungkinkan interaksi relatif terbuka antara wisatawan dengan masyarakat lokal. f.Karena dimungkinkan kemitraan antara usaha skala besar dan skala kecil (masyarakat), maka penerimaan masyarakat terhadap wisatawan relatif baik dan terbuka. Kriteria prioritas pengembangan Kawasan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa. 1.Memiliki daya jual yang unik (unique selling point) yang mampu memperkuat brand dan image Kawasan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa, dalam hal ini adalah produk Kain Tapis dan Arsitektur Rumah-Rumah Tradisional. 2.Menjadi generator kegiatan pariwisata dan investasi (tourism, investment). 3.Memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja, terutama dari masyarakat lokal untuk memacu peningkatan sektor ekonomi baik masyarakat maupun daerah. Pengembangan Kawasan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa diarahkan untuk menjadikan Way Sindi sebagai Live Museum atau Ecomuseum yang menghadirkan citra kampung tradisional dengan ciri khas rumah adat Lampung Sai Batin dengan aktivitas harian sebagai pengrajin sulam tapis. Kawasan kampung tradisional Way Sindi yang terletak di Dusun Olok Pandan I, II, dan III diupayakan agar tetap terjaga keasliannya dengan ciri khas perkampungan tradisional dengan rumah khas arsitektur Lampung Sai Batin dan aktivitas masyarakat petani dan pengrajin tapis. Kondisi ini sudah terbentuk, sehingga tinggal membutuhkan penataan dan publikasi. Sedangkan wilayah Dusun Kota Raja ditata menjadi kawasan pelayanan umum yang menyajikan atraksi dengan fungsi rekreasi, edukasi, dan belanja yang dilengkapi kantor pelayanan umum. Secara umum, konsep pengembangan Kawasan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa memiliki tujuan sebagai berikut: 1.Sebagai kawasan tradisional yang memiliki citra living museum atau ecomuseum. 2.Sebagai kawasan konservasi budaya adat Lampung Sai Batin yang memiliki keunikan khusus kampung adat pengrajin tapis 3.Sebagai wadah pengenalan dan promosi kerajinan Tapis. 4.Sebagai wadah pelatihan dan pengembangan produk Tapis. 5.Sebagai wadah pengenalan seni dan budaya Kabupaten Pesisir Barat. 6.Sebagai wadah untuk mengenalkan dan menjual produk dan budidaya masyarakat Pesisir Barat. 7.Sebagai wadah untuk kegiatan masyarakat, seperti bazar dan festival temporer. 8.Sebagai ruang terbuka hijau. Pengembangan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa mengambil lokasi di Pekon Way Sindi, Kecamatan Karya Penggawa. Kawasan Kampung Wisata Tapis dibagi menjadi dua zona pemanfaatan. Zona pertama adalah Core Area (Kawasan Utama atau Kawasan Inti), berada di Dusun Kota Raja dengan luas sekitar 8.650 m2. Sedangkan zona kedua adalah kawasan konservasi (Conservation Area) yang mengambil lokasi di wilayah Dusun Olok Pandan I, II, dan III. Zona pertama merupakan kawasan pelayanan umum yang berupa area parkir, area bermain, gallery, area kuliner, gedung serba guna, area pertunjukan, dan kantor pengelola. Kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan bermain untuk anak, gallery promosi, eduwisata, serta tempat penyelenggaraan festifal dan panggung hiburan. Zona kedua merupakan zona komunitas lokal/konservasi. Zona ini merupakan kampung pengrajin tapis yang masih mempertahankan rumah adat dengan arsitektur tradisional Lampung Sai Batin dengan aktivitas utama sebagai petani dan pengrajin tapis. Kampung tapis inilah yang menjadi living museum dan ditawarkan kepada wisatawan untuk menginap di home stay. Rencana pengembangan fisik dalam hal ini bertujuan untuk mendapatkan rencana-rencana yang memungkinkan diterapkan dalam tapak kawasan meliputi pengembangan atraksi, amenitas, dan aksesibilitas kawasan. Pada zona pertama (core area) dilakukan pengembangan area buatan untuk dapat difungsikan sebagai fasilitas rekreasi, edukasi, dan belanja souvenir. Sedangkan zona kedua adalah kawasan yang tetap dipertahankan kondisi naturalnya. Zona kedua ini hanya difungsikan sebagai sightseeing. Tabel 5.1 di bawah ini menjelaskan tentang konsep pengembangan Kawasan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat. Konsep Tata Massa yang diusulkan adalah Sistem Linear, dengan ciri-ciri sebagai berikut: •Pola konfigurasi massa bangunan menggunakan pola linear yakni pengaturan sederetan massa sepanjang sebuah garis/jalur sirkulasi. Deretan massa tersebut dapat merupakaan perulangan dimana area plaza/node sebagai sumbu utama dan pendistribusian jalur sirkulasi. •Memiliki “penanda kawasan” yang jelas (signage). •Sebagian besar lahan diperuntukkan sebagai area hijau dengan koefisien lahan terbangun sebesar 30% () dan lahan terbuka sebesar 70% (). Pengaturan zonasi pengembangan kawasan berdasarkan analisis kegiatan, karakteristik, kesesuaian lahan dan konservasi lingkungan yakni keseimbangan alokasi lahan pemanfaatan dan konservasi; serta konservasi budaya lokal. Konsep yang diusulkan adalah Sistem Terstruktur, dengan ciri-ciri sebagai berikut: Tatanan zoning kegiatan memiliki SISTEM YANG UTUH antara zona pemanfaatan/pengembangan dan zona konservasi budaya. Memiliki ORIENTASI KAWASAN YANG JELAS melalui pembagian zonasi sebagai orientasi pengunjung (area zone). Kawasan Kampung Wisata Tapis Karya Penggawa dibagi menjadi 2 zonasi berdasarkan pembagian areanya, yakni: Core Area/Area Inti - Zona Inti, yakni zona inti kawasan dimana kegiatan dan fasilitas yang mencakup dalam zona ini adalah kegiatan edukasi, rekreasi, dan komersial. Segala aktivitas penerimaan wisatawan terpusat dalam zona ini. Consevation Area/Area Konservasi - Zona Konservasi, yakni zona kawasan sebagai living museum dimana kegiatan yang mencakup dalam zona ini adalah kegiatan sightseeing dengan atraksi utama living culture, melihat keseharian masyarakat, tinggal bersama masyarakat, serta segala aktivitas lainnya.